Guru
sebagai tenaga pendidik dan pengajar sebaiknya tidak terlalu mengekang anak-anak
didiknya di dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar pada dasarnya adalah
memberi kebebasan kepada anak untuk berkreasi dan berkarya sesuai dengan
kemampuan anak-anak. Bukankah pendidikan sebenarnya adalah menciptakan suasana
yang mendukung, suasana yang menyenangkan, suasana yang memberikan anak untuk
berkembang secara optimal. Guru sebaiknya menciptakan suatu suasana yang nyaman
bagi anak-anak didiknya di dalam belajar. Keadaan yang tidak nyaman dapat
mempengaruhi hasil pendidikan itu sendiri. Guru yang terlalu memonopoli, guru
yang berkarakter dictator tidak dapat memberikan keberhasilan yang berarti. Guru
yang menjadi idola anak didik adalah guru yang disukai oleh anak-anak didik. Kehadirannya
selalu dinantikan. Ada respon positif dari anak-anak. Figur guru seperti ini
dapat mengayomi dan menjadi fasilitator bagi perkembangan anak-anak didiknya.
 |
Suasana KBM Bahasa Inggris di kelas 8 B MTs Darul Hikmah |
Biasanya
di dalam memberikan pengajaran kepada anak, guru memiliki cara tersendiri di dalam
menertibkan dan meningkatkn prestasi anak-anak didiknya. Sistem pengajaran
dengan menggunakan Hadiah(Reward) adalah bahwa guru akan memberikan
sesuatu hadiah/imbalan jika anak didik beprestasi atau mendapat nilai bagus
atau yang patuh pada aturan. Dan satunya lagi adalah dengan menggunakan model
Hukuman(Punishment). Model punishment berarti bahwa anak akan mendapat
hukuman/sanksi jika melanggar atau prestasinya menurun. 2 model inilah yang
diterapkan di sekolah-sekolah yang ada.
Yang
pertama adalah pengajaran dengan sistem Reward. Setiap cara memiliki
keuntungan dan kekuranganya. Dengan menggunakan model hadiah ini dapat
memberikan motivasi anak untuk patuh dan berprestasi sehingga ada semacam
kompetisi berlomba-lomba mendapatkan predikat terbaik dan terpatuh. Kekuranganya
adalah bahwa anak bagaimanapun juga telah ditanamkan konsep “kalau saya begini
dan begitu apa yang akan saya dapatkan? Jadi ada semacam permintaan imbalan
yang dapat diterima anak jika anak memenuhi syaratnya. Implikasi negatifnya
adalah bahwa dengan model reward ini anak melakukan sesuatu ada imbalanya bukan
ata dasar kesadaran dan kemauan sendiri.
Yang
kedua adalah Sistem Punishment. Menggunakan ala hukuman bagaimanapun
juga dapat memberikan ketertiban dan peningkatan prestasi anak di satu sisi. Namun
di sisi lain anak di dalam belajar dan melakukan sesuatu didasari oleh
ketakutan akan mendapat sanksi. Anak bagaimanapun juga sudah didoktrin konsep “
Jika saya begini dan begitu saya akan mendapat hukuman.” Tidak ada kesadaran
dari anak di dalam melakukan sesuatu melainkan karena takut dihukum. Ini membetuk
karakter yang kurang baik bagi anak. Anak-anak didik tidak ikhlas di dalam
melakukan sesuatu. Anak-anak tertib karena takut dihukum. Anak-anak rajin
karena takut dihukum bukan atas dasar kemauan sendiri.
Dua
model di atas memiliki kelemahan dan kelebihannya. Namun demikian dua model
pengajaran tersebut untuk jangka panjangnya dapat membentuk kepribadian dan
karakter anak yang buruk karena dua-duanya tidak dilandasi oleh kesadaran atau kemauan diri sendiri akan tetapi karena ada
pamrih ada yang diharapkan dan juga ditakutkan. Model pengajaran yang paling
ideal di antara kedua model di atas adalah menerapkan sistem pengajaran yang
demokratis. Di dalam atmosphere yang democratic environment ini dapa
membentuk pribadi anak didik yang demokratis. Anak memiliki kesadaran di dalam
bertindak, belajar dan berbuat. Guru memberikan kenyamanan bagi anak, guru
memberikan ruang kepada anak untuk berkreasi dan berkembang sesuai dengan
tingkat perkembangan mereka, guru menghindari hukuman dan reward sebagai ancaman
atau iming-iming yang akan didapatkan bila terpenuhi syaratnya. Guru yang
demokratis akan membicarakan, mendiskusikan, dan musyawaroh bersama untuk
kenyamanan, dan peningkatan belajar mengajar tanpa paksaan. Model pengajaran
demokratis akan membentuk pribadi dan karakter anak yang memiliki kesadaran
diri yang tinggi dan bertanggung jawab. Segala sesuatu dilakukan dengan sadar
dan ikhlas tanpa paksaan dari guru atau otoritas sekolah. Pada akhirnya model
seperti inilah yang sebaiknya diterapkan oleh seorang guru di dalam mengajar. Model
pengajaran yang memberikan kenyamanan, kesadaran guru dan murid yang pada
gilirannya dapan memberikan output siswa yang cerdas secara intelektual dan
budi pekerti yang luhur yang sadar akan dirinya.